Generasi Z, sering sekali diperbincangkan dikalangan masyarakat sebagai generasi pemalas, generasi rebahan. Ada yang bilang dari mereka di kalangan masyarakat bahwa generasi zaman sekarang adalah generasi manja, maunya serba insyan dan healing melulu. Apa benar sih kaya gitu ?
“Ah, gitu aja ngeluh. Waktu Mama seumuran kamu nggak ada tuh overthinking,”
“Waktu Papa sekolah, bebannya lebih berat. Nggak ada ojek online, harus lewatin sawah, mendaki gunung, menerjang badai,”
Waduh. Si Papa temennya Dora The Explorer apa gimana sampai naik gunung segala?
Wah, tidak perlu dibahas ya gais yang ini, kembali ke pembahasan soal Gen Z.
Daftar Isi
Apa itu Gen Z?
Sederhananya Gen Z adalah generasi penerus dari Generasi Y. Generasi ini baru muncul di era tahun 2000-an artianya generasi Z sekarang sudah menyentuh di sekitar umur 20 tahun.
Karakteristik Generasi Z
Kenapa sih kok dinamakan generasi Z, jawbaannya sederhana ya gais karena disesuaikan dengan urutan huruf sebelumnya, dimana terdapat kakak tingkat dari generasi Z yaitu Gen X dan Gen Y. Gen Z juga punya adik tingkat, yaitu Gen A atau Generasi Alpha.
Menurut peneliti senior, yaitu McKinsey generasi Z memiliki karakteristik yang melek teknologi, kreatif, menerima perbedaan di sekitar, peduli terhadap masalah sosial dan suka untuk berkespresi di dunia maya ataupun realita.
Kelebihan Generasi Z
1.Melek Teknologi
Melek Teknologi atau bahasa kerennya adlaah Tech Savvy, generasi Z tumbuh di era yang pesat dengan teknologi. Internet, media sosial, aplikasi pesan makanan, aplikasi transportasi, aplikasi kencan online, dan masih banyak lagi. Bahkan gen Z di Indonesia menempati posisi teratas yang paling banyak menghabiskan waktu untuk berselancar di dunia maya. Rata-rata dari setiap gen Z menghabiskan sekitar 7–13 jam dalam seharinya.
2. Kreatif
Coba deh, kamu tanya ke orangtua atau kakek nenekmu. Dulu, cita-cita mereka mau jadi apa? Mungkin jawabannya nggak jauh dari dokter, PNS, pilot, atau arsitek. Nah, berkat kehadiran internet, generasi kita jauh lebih kreatif dalam menghasilkan uang, khususnya yang berhubungan dengan industri kreatif. Seperti content creator, podcaster, vlogger, sampai mendirikan perusahaan rintisan (start-up) sendiri.
3. Menerima Perbedaan
Karakter gen Z adalah menerima perbedaan. Hal tersebut bukan tanpa sebab, dikarenakan rata-rata Gen Z yang sangat mudah mendapatkan informasi ketika berselancar di dunia internet. Sehingga dari hal tersebut, mereka menerima perbedaan yang timbul. Kalau kata anak anak kekinian sih disebut open minded.
4. Peduli terhadap sesama
“Twitter please do your magic”
Meskipun lebih sering rebahan sambil scrolling, bukan berarti Generasi Z jadi apatis. Justru, mereka ini paling cepat dalam urusan menyebarkan informasi dan mencari solusi. Misalnya nih, ada kakek-kakek yang jualan kue di stasiun, Gen Z bisa aja mengunggah foto si kakek di media sosial dan ramai-ramai menggalang donasi. Hal ini selaras dengan julukan ‘The Communaholic‘ yaitu terlibat dalam komunitas dan teknologi untuk memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar.
5. Senang Berekspresi
Gen Z juga dijuluki sebagai ‘The Undefined ID‘. Mereka gemar berekspresi untuk menemukan jati diri. Contohnya, pergelaran Citayem Fashion Week yang diisi oleh remaja Jabodetabek untuk menunjukkan gaya berbusana mereka. Selain itu, Gen Z juga berusaha membangun self branding di media sosial. Ada yang suka OOTD, hobi olahraga, sampai mencoba makanan di segala penjuru. Semuanya diabadikan lewat Tiktok, YouTube, atau Instagram Story.
Kekurangan Generasi Z
Tak ada yang sempurna, termasuk Gen Z. Generasi ini bukanlah yang terbaik dari generasi yang ada. Karena, generasi Z memiliki beberapa kekurangan yang menjadi penyebab Gen Z dibenci oleh generasi sebelumnya.
1. FOMO
Kekurangan Gen Z yang pertama adalah FOMO atau Fear of Missing Out. Agar lebih paham, kamu bisa membaca artikelku sebelumnya yang membahas soal FOMO.
Generasi Z dikenal sebagai generasi yang bergantung kepada teknologi, khususnya internet dan media sosial. Setiap harinya, Gen Z disuguhkan oleh berbagai informasi, termasuk apa yang sedang tren hari ini. Mereka bisa merasa kuper, takut dicap nggak gaul, dan cemas jika belum mencoba tren yang ada di internet.
2. Kecemasan dan Tingkat Stres yang Tinggi
Menurut penelitian yang dilakukan oleh American Psychological Association, stres yang dialami Gen Z disebabkan karena pandemi, ketidakpastian mengenai masa depan, berita buruk di internet, dan media sosial. Gen Z mempunyai ekspektasi yang tinggi terhadap kehidupan pribadi mereka, sehingga jika tidak berjalan sesuai keinginan akan memicu timbulnya stres.
Tak dipungkiri, media sosial telah menciptakan standar dalam berbagai aspek. Kapan waktu yang tepat untuk lulus, bekerja, menikah, dan mempunyai anak. Bagi yang belum mencapainya, hal ini menjadi faktor kecemasan atau anxiety.
3. Mudah Mengeluh dan Self Proclaimed
Meskipun punya kemampuan untuk mencari informasi dari berbagai sumber, kenyataannya Gen Z terlalu cepat menyerap dan mencocokan informasi dengan yang mereka rasakan. Seperti melabeli diri sebagai pengidap bipolar, membatasi pergaulan karena introvert, dan sebagainya. Generasi Z menjadikan hal ini sebagai hambatan untuk maju. Gen Z juga disebut sebagai generasi strawberry karena terkesan manja dan mudah tertekan.
Cara Menjadi Gen Z yang Lebih Baik
Kita sudah membahas karakteristik dan kekurangan Gen Z. Kira-kira sesuai nggak nih sama apa yang kamu jalani sekarang? Kalau aku sih iya, hahaha. Tapi, tenang aja, ada berbagai tips untuk menjadi generasi Z yang lebih baik!
1. Kurangi Ekspektasi
Entah itu perkuliahan, pasangan, atau masa depan. Di dalam hidup ada beberapa hal yang nggak bisa kontrol, alias let it flow aja. Tetap berusaha, berbuat baik pada sesama, dan berdoa pada Tuhan.
2. Hargai Setiap Prosesnya
Gagal berkali-kali atau dipandang sebelah mata itu nggak apa-apa kok. Jangan terbuai dengan postingan kesuksesan orang lain di media sosial. Memang sih, setiap orang memiliki privilege yang berbeda. Tapi, bukan berarti kamu nggak bisa menciptakan hidup terbaik versimu sendiri.
3. Komunikasi ke Profesional
Rasa cemas, stres, atau quarter life crisis mungkin jadi makanan sehari-hari Gen Z. Aku selalu ingatkan untuk menghubungi layanan konseling atau psikolog profesional supaya kamu tetap bisa beraktivitas dengan nyaman. Hindari self diagnosis dan konsumsi obat-obatan tanpa pengawasan dari psikiater.
4. Beri Afirmasi Positif pada Diri Sendiri
Afirmasi positif dapat diartikan sebagai pujian. Bukan, tapi menghargai apa yang sudah kamu lakukan selama ini. Kamu bisa membuat jurnal untuk menulis hal-hal yang membuat kamu bersyukur. Small progress still a progress.
5. Menjaga Privasi
Berekspresi di media sosial sah-sah saja. Namun, tetap perhatikan privasi sebelum mengunggah konten ke internet ya. Pikirkan kembali apakah yang kamu unggah akan berdampak pada hidupmu di masa depan atau justru menyakiti orang lain. Jejak digital itu seram.
[…] BACA JUGA : Mengenal lebih dalam Generasi Z […]