Per­nahkah Anda merasa takut ket­ing­galan kabar dari teman-teman, atau merasa sedih tak bisa berlibur ke luar kota seper­ti orang lain? Banyak orang yang men­ge­nali perasaan ini den­gan isti­lah FoMO. Apa itu FoMO? Adakah efeknya untuk kon­disi psikol­o­gis sese­o­rang?

Apa itu FoMO ?

FoMO, singkatan dari fear of miss­ing out, adalah suatu kon­disi di mana sese­o­rang ker­ap merasa khawatir akan ket­ing­galan kabar atau trend yang sedang berlang­sung.

Orang-orang yang men­galaminya ker­ap merasa takut akan dicap ket­ing­galan zaman dan tidak gaul. Tak hanya itu, mere­ka juga berang­ga­pan bah­wa orang lain selalu berse­nang-senang dan memi­li­ki kehidu­pan yang jauh lebih baik dari­pa­da mere­ka.

Kon­disi ini ker­ap dirasakan oleh anak-anak muda, teruta­ma bagi yang aktif di media sosial. Mes­ki media sosial san­gat berman­faat untuk men­jalin komu­nikasi, wadah ini juga bisa mem­berikan dampak yang kurang baik.

Banyak orang yang berlom­ba-lom­ba untuk men­ja­di yang pal­ing update infor­masi ter­ten­tu atau menun­jukkan kese­nan­gan di media sosial.

FoMO juga berkai­tan erat den­gan perasaan untuk selalu ter­li­bat dalam segala momen yang menye­nangkan agar bisa mengabadikan­nya dan men­gung­gah­nya ke media sosial.

Demi menge­jar eksis­ten­si dan pen­gakuan, beber­a­pa orang bahkan sen­ga­ja memasang gam­bar, tulisan, atau bahkan menampilkan imej yang tak sesuai den­gan jati diri sebe­narnya.

Apa dampaknya jika Anda mengalami FOMO?

Beber­a­pa penelit­ian telah menun­jukkan kai­tan antara FoMO den­gan perasaan ter­pu­tus dari orang lain dan keti­dakpuasan den­gan kehidu­pan sendiri.

Berdasarkan stu­di tahun 2013 yang ter­bit pada jur­nal Com­put­er in Human Behav­ior, orang-orang den­gan tingkat FoMO yang ting­gi merasa kurang ter­hubung den­gan kehidu­pan sehari-hari.

Meli­hat ung­ga­han di sosial media mem­bu­at orang-orang yang men­gala­mi kon­disi ini jadi mem­per­tanyakan kemam­puan diri sendiri dan hidup­nya.

Mere­ka men­gang­gap bah­wa keba­ha­giaan, kesuk­sesan, dan pen­gala­man menarik orang lain yang tidak mere­ka mili­ki mem­bu­at hidup mere­ka jadi lebih menyedihkan. Sedik­it banyak hal ini memen­garuhi cara pan­dang mere­ka men­ge­nai kehidu­pan yang ide­al.

Lama-kela­maan, perasaan takut tert­ing­gal ini juga bisa menim­bulkan kece­masan. Per­lu dike­tahui, kece­masan adalah suatu hal yang mam­pu memicu stres berlebi­han.

Berdasarkan sebuah stu­di, kece­masan dap­at mem­bu­at pro­duk­si hor­mon-hor­mon pent­ing tubuh seper­ti sero­tonin dan adren­a­lin ter­gang­gu. Susah tidur, tidak naf­su makan, sak­it kepala, dan mood kacau bisa muncul keti­ka hor­mon dalam tubuh Anda tidak seim­bang.

Selain itu, FoMO juga bisa memen­garuhi hubun­gan Anda den­gan orang lain. Mis­al­nya, seo­rang teman meno­lak ajakan Anda untuk per­gi ke suatu tem­pat. Namun beber­a­pa hari kemu­di­an, teman Anda men­gung­gah gam­bar yang menun­jukkan bah­wa ia per­gi ke tem­pat terse­but bersama orang lain tan­pa sepenge­tahuan Anda.

Hal ini ten­tu dap­at mem­bu­at Anda yang lebih dulu men­ga­jak teman Anda merasa terkhi­a­nati. Hubun­gan den­gan teman terse­but pun jadi kurang baik.

Cara menghindari FoMO

Ter­lalu larut dalam ekspek­tasi hidup dan kese­nan­gan di sosial media dap­at menim­bulkan dampak pada kese­hatan men­tal Anda. Berikut berba­gai tips yang dap­at mem­ban­tu Anda men­gu­ran­gi kecen­derun­gan ini.

1. Batasi waktu di sosial media

Menghin­dari FoMO bukan berar­ti Anda tidak boleh meng­gu­nakan media sosial sama sekali. Hanya saja, ada baiknya Anda mem­bat­asi kegiatan ini.

Coba tetap­kan batasan wak­tu untuk memerik­sa media sosial seti­ap hari. Mis­al­nya, Anda hanya akan mem­bu­ka aplikasi terse­but sela­ma 2 jam dalam wak­tu yang terba­gi. Anda juga bisa mematikan noti­fikasi agar tidak muncul di pon­sel seti­ap saat.

2 Media sosial bukanlah kehidupan nyata

Tekankan pada piki­ran Anda bah­wa apapun yang diung­gah orang lain di sosial media tidak selalu sein­dah keny­ataan­nya. Gam­bar atau video yang mere­ka ung­gah ten­tun­ya hanya menampilkan momen-momen yang menye­nangkan.

Ingat, seber­a­pa sem­pur­na atau menarik kehidu­pan sese­o­rang menu­rut Anda, mere­ka ten­tu juga per­nah men­gala­mi kesusa­han dan hari-hari yang buruk.

3 Bersyukur

Lagi-lagi, media sosial dap­at mem­bu­at sese­o­rang yang men­gala­mi FoMO cen­derung mem­band­ingkan hidup­nya den­gan hidup orang lain. Tak jarang perasaan ini diiku­ti den­gan cemas dan iri hati.

Mes­ki terasa klise, melatih menum­buhkan rasa syukur bisa mem­ban­tu Anda meningkatkan kepuasaan pada kehidu­pan yang Anda mili­ki. Seti­ap Anda merasa iri den­gan hidup orang lain, alihkan fokus Anda pada aspek yang posi­tif dari kehidu­pan Anda.

4. Meditasi

Selain mem­bat­asi wak­tu di media sosial, coba luangkan wak­tu Anda untuk berlatih med­i­tas. Rutin bermed­i­tasi dap­at mem­ban­tu men­jernihkan piki­ran dan men­gu­ran­gi kece­masan.

5. Menyaring konten yang ingin Anda lihat

Coba lihat kem­bali, hal-hal apa yang dap­at memicu perasaan FoMO yang Anda ala­mi. Kemu­di­an, singkirkan­lah hal terse­but dari lin­i­masa media sosial Anda.

Mis­al­nya, Anda bisa menyem­bun­yikan orang-orang yang menu­rut Anda meng­gang­gu atau senang meny­ombongkan diri. Seba­gai gan­ti­nya, penuhi lin­i­masa Anda den­gan orang-orang yang posi­tif atau hal-hal yang Anda senan­gi.

By abbay

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *